Nama lengkap beliau adalah Abu al-Faydl ‘Alam al-Din Muhammad Yasin ibn Muhammad ‘Isa al-Fadani. Ulama keturunan Padang. Mufti (pemberi fatwa) mazhab Syafi’i di Mekah, dan penulis beberapa literature khazanaha keislaman. Lahir pada tahun 1335 H./ 1915 M. di Makkah. Menimba ilmu, mula-mula dari ayahnya sendiri; Syaikh ‘Isa al-Fadani, lalu kepada bapa saudaranya, Syaikh Mahmud al-Fadani.
Setelah itu melanjutkan pendidikannya di Madrasah Shawlahiyyah (1346H) dan akhirnya di Dar al-‘Ulum al-Diniyyah, Makkah (tamat 1353H). selain pendidikan formal, Syeikh Yasin juga banyak berguru kepada ulama’-ulama’ besar Timur Tengah. Diantaranya beliau belajar ilmu Hadist pada syeikh ‘Umar Hamdan, pada Syeikh Muhammad ‘Ali bin Husain al-Maliki, Syeikh ‘Umar Ba junaid, mufti Syafi’iyyah Makkah, lalu pada Syeikh Sa’id bin Muhammad al-Yamani, dan Syeikh Hassan al-Yamani. Dalam disiplin ilmu Ushul fiqh, beliau menimba ilmu diantaranya pada Syeikh Muhsin bin ‘Ali al-Palimbani al-Maliki (ulama keturunan Palembang yang tinggal di Mekah), Sayyid ‘Alwi bin ‘Abbas al-Maliki al-Makki (ayah kandung Sayyid Muhammad ulama’ Sunni Kontemporer dari Arab Saudi) dan banyak ulama’ berpengaruh lainnya. Bahkan disebutkan bahawa jumlah gurunya mencapai kisaran 700 orang, lelaki mahupun perempuan.
Selama bertahun-tahun Syeikh Yasin aktif mengajar dan memberi kuliah di Masjidil Haram dan dar al-‘Ulum al-Diniyyah, Makkah, terutama pada mata kuliah ilmu Hadits. Pada tiap-tiap bulan Ramadhan selalu membaca dan mengijazahkan salah satu diantara Kutub al-Sittah (6 kitab utama ilmu Hadits). Hal itu berlangsung lebih kurang 15 tahun. Syeikh yasin juga menulis hingga mencapai lebih dari 60 buah, diantaranya ‘Al-Durr al-Mandlud Syarh Sunan Abi Dawud’ 20 Juz, ‘Fath al-‘Allam syarh Bulugh al-Maram 4 jilid, ‘Nayl al-Ma’mul ‘ala Lubb al-Ushul wa Ghayah al-wushul, ‘Al-Fawa’iad al-Janiyyah dan sebagainya, termasuk tulisnya tentang ilmu periwayatan hadits. Syeikh yasin wafat pada hari Jum’at 28 Dzul al-Hijjah 1410 H. dan dimakamkan selepas solat Jum’at di permakaman Ma’la , Makkah Al-Mukarramah.
PUJIAN PARA ULAMA
Syekh Zakaria Abdullah Bila teman dekat pendiri Nahdlatul Wathan yaitu Syekh M. Zainuddin pernah berkata, “waktu saya mengajar Qawa’idul-Fiqhi di Shaulatiyyah, seringkali mendapat kesulitan yang memaksa saya membolak balik kitab-kitab yang besar untuk memecahkan kesulitan tersebut. Namun setelah terbit kitab Al-Fawa’idul-Janiah karangan Syekh Yasin… menjadi mudahlah semua itu, dan ringanlah beban dalam mengajar.
Seorang ahli Hadits bernama Sayyid Abdul Aziz Al-Qumari pernah memuji dan menjuluki beliau sebagai kebanggaan Ulama Haramain dan sebagai Muhaddits. Doctor Abdul Wahhab bin Abu Sulaiman (Dosen Dirasatul ‘Ulya Universitas Ummul Qura) di dalam kitab: الجواهر الثمينة في بيان أدلة عالم المدينة berkata: Syekh Yasin adalah Muhaddits, Faqih, Mudir Madrasah Darul-Ulum, pengarang banyak kitab dan salah satu Ulama Masjid Al-Haram…
Syeikh Yaasin Isa Al-Fadani di tengah, di kanan beliau Syeikh Abdullah Siddiq Al-Ghumari & Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, di kanan beliau Syeikh Ismail Utsman Zein Al-Makki
Syekh Umar Abdul-Jabbar berkata didalam surat kabar Al-Bilad (jumat 24 Dzulqaidah 1379H/ 1960M): “…bahkan yang terbesar dari amal bakti Syekh Yasin adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362H. Dimana dalam perjalanannya selalu ada rintangan, namun beliau dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan…
Assayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal sebagai Mufti negeri Murawah Yaman saat itu, mengarang sebuah syiir yang panjang husus untuk memuji Syekh Yasin Al-Fadani Berikut saya nukilkan satu bait saja yang berbunyi:
أنت في العلم والمعاني فريد…… وبعقد الفخار أنت الوحيد
“Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakekat,
Dibangun orang kejayaan kaulah satu-satunya yang jaya”
Doctor Yusuf Abdurrazzaq sebagai dosen kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar cairo juga memuji beliau dengan perkataan dan syiir yang panjang, saya nukilkan satu bait saja yang bunyinya:
أنت فينا بقية من كرام……لا ترى العين مثلهم إنسانا
“Engkau di tengah kami orang terpilih dari orang terhormat,
tak pernah mata melihat manusia seumpama mereka.”
Ustaz Fadhal bin M. bin Iwadh Attarimi-pun berkata:
فيا طالب العلم لب نداء……ياسين وافرح بهذا القرى
“Wahai pencari ilmu sambutlah panggilan Yasin,
bergembiralah dengan sajian yang ia sajikan,”
Doctor Ali Jum’ah yang menjabat sebagai Mufti Mesir dalam kitab Hasyiah Al-Imam Al-Baijuri Ala Jauharatittauhid yang ditahqiqnya, pada halaman 8 mengaku pernah menerima Ijazah Sanad Hadits Hasyiah tersebut dari Syekh Yasin yang digelarinya sebagai مسند الدنيا Musnid Addunia…
Al-Habib Assayyid Segaf bin Muhammad Assagaf SEOrang tokoh pendidik di Hadramaut (pada tahun 1373H) menceritakan kekaguman beliau terhadap Syekh Yasin, dan menjulukinya sabagai “Sayuthiyyu Zamanihi”. Beliau juga mengarang sebuah syiir untuk memuji beliau, berikut saya nukilkan dua bait saja yang bunyinya sebagai berikut:
لله درك يا ياسين من رجل……أم القرى أنت قاضيها ومفتيها
في كل فن وموضوع لقد كتبا ……يداك ما أثلج الألباب يحديها
“Bagus perbuatanmu hai Yasin engkau SEOrang tokoh,
dari Ummul Qura engkau Qhadi dan Muftinya.”
“Setiap pandan judul ilmu tertulis dengan dua tanganmu,
Alangkah sejuknya akal pikiran rasa terhibur olehnya.”
Assayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki sebagai guru Madrasah Al-Falah dan Masjid Al-Haram, Syekh M. Mamduh Al-Mishri dan Al-Habib Ali bin Syekh Balfaqih Siun Hadramaut dan Ulama lainnya, pernah memuji karangan-karangan beliau…
Doctor Yahya Al-Gautsani bercerita, pernah ia menghadiri majlis Syekh Yasin untuk mengkhatam Sunan Abu Daud. Ketika itu hadir pula Muhaddits Al-Magrib Syekh Sayyid Abdullah bin Asshiddiq Al-Gumari dan Syekh Abdussubhan Al-Barmawi dan Syekh Abdul-Fattah Rawah.
H.M.Abrar Dahlan berkata: “yang membuat beliau lepas dari sorotan publikasi ialah karena ia telah menjadi lambang Ulama Saudi yang bukan Wahabi” yang tersisa di Makkah. Walaupun begitu ia diakui juga oleh ulama Wahabi sebagai Ulama yang bersih dan tidak pernah menyerang kaum Wahabi… SEOrang tokoh agama Najid dari Ibukota Riyadh (Pusat Paham Wahabi) yaitu Jasim bin Sulaiman Addausari pada tahun 1406 H pernah berkata:
أبلغوا مني سلاما من صبا نجد……ذكيالأبي الفيض فداني
مسند الوقت بعيد عن نزول……هابط أما لما يعلو فداني
فدى أسر الروايات فلوتنطق……لقالت: علم الدين فداني
KARYA TULIS & MURID
Jumlah karya beliau mencapai 97 Kitab, di antaranya 9 kitab tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul fiqih, 36 buku tentang ilmu Falak, dan sisanya tentang Ilmu-ilmu yang lain…
Di antara murid-murid yang pernah berguru dan mengambil Ijazah sanad-sanad Hadits dari beliau adalah Al-Habib Umar bin Muhammad (Yaman), Syekh M. Ali Asshabuni (Syam), Doctor M. Hasan Addimasyqi, Syekh Isma’il Zain Alyamani, Doctor Ali Jum’ah (Mesir), Syekh Hasan Qathirji, Tuan Guru H. M. Zaini Abdul-Ghani (Kalimantan) dll…
Dan di antara murid-murid beliau yang di samping mengambil Sanad Hadits, mendapatkan Ijazah ‘Ammah dan Khasshah, juga diberi izin untuk mengajar di Madrasah Darul-Ulum adalah: H. Sayyid Hamid Al-Kaff, Dr. Muslim Nasution, H.Ahmad Damanhuri, H.M.Yusuf Hasyim, H.M. Abrar Dahlan, Dr. Sayyid Aqil Husain Al Munawwar, Ustaz Sukarnawadi, KH. Husnuddu’at dll…
Ustaz Sukarnawadi salah satu dari muridnya pernah bercerita, seseorang bernama H.Abdul-Aziz asal Jeruwaru Lombok NTB pernah mendatangi Syekh Yasin untuk meminta bai’at, izin serta restu untuk menjadi Mursyid Thariqat Naqsyabandiyyah… ketika itu Syekh Yasin memberi satu syarat, yaitu, saya juga harus turut dibai’at, karena saya di samping menjadi Guru yang lama mengajar di Madrasah Darul-Ulum, (dari tahun 1978 sampai 1990) juga sebagai salah satu dari sekian murid yang selalu diberikan bimbingan dan perhatian khusus… maka yang mendapat izin dari beliau untuk menjadi Mursyid Thariqat Naqsyabandiyyah yang berasal dari Lombok saat itu hanyalah saya (Ustaz Sukarnawadi) dan H.Abdul Aziz…
Saya (Ustaz Sukarnawadi) sebagai warga, bahkan tokoh Nahdlatul Wathan (ketika pulang ke lombok) menceritakan hal itu kepada pendiri Nahdlatul Wathan, yaitu Syekh M. Zainuddin, dan beliaupun tidak mengingkari hal tersebut, bahkan beliau merestui, memberikan Ijazah dan doa yang khusus serta harapan agar di samping itu tetap berjuang membela Nahdlatul Wathan.
KEKERAMATAN BELIAU
Seseorang bernama Zakariyya Thalib asal Syiria pernah mendatangi rumah Syekh Yasin Pada hari jum'at, Ketika Adzan jum'at dikumandangkan, Syekh Yasin masih saja di rumah, ahirnya Zakariyya keluar dan solat di masjid terdekat. Seusai solat jum’at, ia menemui SEOrang kawan, Zakariyyapun bercerita pada temannya bahwa Syekh Yasin ra. tidak solat Jum’at. Namun dibantah oleh temannya karena kata temannya, “kami sama-sama Syekh solat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syekh Hasan Massyat ra. yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau”.
H.M. Abrar Dahlan bercerita, suatu hari Syekh Yasin pernah menyuruh saya membikin Syai (teh) dan Syesah (yang biasa diisap dengan tembakau dari buah-buahan/rokok tradisi bangsa arab). Setelah saya buatkan dan syekh mulai meminum teh, saya keluar menuju Masjidil-Haram. Ketika kembali, saya melihat Syekh Yasin baru pulang mengajar dari Masjid Al-Haram dengan membawa beberapa kitab,.. saya menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang beliau baru pulang dari masjid.
Dikisahkan ketika KH. Abdul Hamid sedang mengajar dalam ilmu fiqih “bab diyat”, beliau menemukan kesulitan dalam suatu hal sehingga pengajian terhenti karenanya, malam hari itu juga, beliau menerima sepucuk surat dari Syekh Yasin, ternyata isi surat itu adalah jawaban kesulitan yang dihadapinya. ia pun merasa heran, dari mana Syekh Yasin tahu…? Sedangkan K.H. Abdul Hamid sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini..!
H. Mukhtaruddin asal Palembang bercerita, pernah ketika pak Soeharto sedang sakit mata, beliau mengirim satu pesawat khusus untuk menjemput Syekh Yasin. Ahirnya pak Soeharto pun sembuh berkat do’a beliau. Kisah ini selanjutnya didengar sendiri oleh ayah saya dari Syekh Yasin. Semoga Allah swt. merahmati beliau
No comments:
Post a Comment